Kisah di Balik Keagungan Candi Borobudur: Mahakarya yang Tersembunyi dan Terungkap Kembali
Candi Borobudur, sebuah mahakarya arsitektur yang menjulang megah di tengah lanskap hijau perbukitan Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, bukan sekadar tumpukan batu yang tersusun indah. Ia adalah sebuah narasi visual yang kaya, sebuah representasi mendalam tentang filosofi Buddha Mahayana, dan sebuah saksi bisu perjalanan panjang sejarah peradaban. Di balik keagungannya yang memukau, tersembunyi kisah yang kompleks dan memikat, mulai dari pembangunan yang penuh misteri, masa terlupakan yang panjang, hingga penemuan kembali dan restorasi yang menyeluruh.
Misteri Pembangunan: Siapa, Kapan, dan Mengapa?
Pembangunan Candi Borobudur diperkirakan dimulai pada abad ke-8 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra, sebuah kerajaan Buddha Mahayana yang berkuasa di Jawa Tengah. Meskipun tidak ada prasasti atau catatan sejarah yang secara eksplisit menyebutkan pendirian candi ini, para ahli sejarah dan arkeologi sepakat bahwa Borobudur merupakan proyek ambisius yang memakan waktu puluhan tahun, bahkan mungkin lebih dari satu abad.
Identitas arsitek yang merancang Borobudur masih menjadi misteri. Namun, berdasarkan gaya arsitektur dan relief yang terpahat di dinding candi, para ahli menduga bahwa arsitek tersebut adalah seorang cendekiawan Buddha yang memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Buddha, arsitektur India, dan teknik konstruksi lokal.
Motivasi di balik pembangunan Borobudur juga masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli berpendapat bahwa Borobudur dibangun sebagai tempat ziarah bagi umat Buddha, sebuah mandala raksasa yang membantu mereka mencapai pencerahan. Pendapat lain menyatakan bahwa Borobudur dibangun sebagai monumen untuk mengagungkan Dinasti Syailendra, sebagai simbol kekuasaan dan keagungan kerajaan.
Terlepas dari motivasi pastinya, pembangunan Borobudur merupakan pencapaian luar biasa. Candi ini dibangun tanpa menggunakan semen atau perekat modern. Jutaan balok batu andesit dipotong, diangkut, dan disusun dengan presisi yang luar biasa, membentuk struktur piramida berundak yang kompleks. Relief yang terpahat di dinding candi menceritakan kisah-kisah dari Jataka (kisah kelahiran Buddha sebelumnya), Gandavyuha (perjalanan Sudhana mencari kebenaran), dan berbagai ajaran Buddha lainnya.
Masa Terlupakan: Terkubur dalam Abu dan Hutan Belantara
Setelah masa kejayaan Dinasti Syailendra, Candi Borobudur mulai ditinggalkan. Penyebab pasti ditinggalkannya candi ini masih belum jelas. Beberapa teori menyebutkan bahwa letusan Gunung Merapi, gempa bumi, dan perubahan politik di Jawa Tengah menyebabkan candi ini terlupakan.
Selama berabad-abad, Candi Borobudur terkubur di bawah lapisan tanah, abu vulkanik, dan hutan belantara. Masyarakat setempat melupakan keberadaan candi ini, dan hanya sedikit cerita legenda yang mengisahkan tentang sebuah bangunan kuno yang tersembunyi di perbukitan.
Penemuan Kembali: Cahaya yang Kembali Bersinar
Pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, mendengar laporan tentang sebuah bukit besar yang penuh dengan ukiran batu di dekat desa Borobudur. Raffles kemudian memerintahkan Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki bukit tersebut.
Cornelius dan timnya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membersihkan hutan belantara dan menggali lapisan tanah yang menutupi Candi Borobudur. Mereka menemukan sebuah bangunan megah yang penuh dengan relief dan patung Buddha. Namun, karena keterbatasan sumber daya dan pengetahuan, Cornelius hanya mampu membersihkan sebagian kecil dari candi tersebut.
Penemuan kembali Candi Borobudur menarik perhatian para ilmuwan dan arkeolog dari seluruh dunia. Mereka mulai melakukan penelitian dan pemetaan yang lebih mendalam tentang candi ini. Pada tahun 1885, seluruh bagian candi berhasil dibersihkan dan dipotret.
Restorasi yang Menyeluruh: Menyelamatkan Warisan Dunia
Setelah penemuan kembali, Candi Borobudur mengalami kerusakan yang parah akibat erosi, pertumbuhan tanaman, dan aktivitas manusia. Pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan upaya restorasi yang terbatas.
Namun, upaya restorasi yang lebih komprehensif baru dilakukan pada tahun 1973-1983, dengan bantuan dari UNESCO. Proyek restorasi ini melibatkan ratusan ahli arkeologi, insinyur, dan pekerja dari seluruh dunia. Mereka membongkar seluruh struktur candi, membersihkan dan mengkonservasi setiap balok batu, dan kemudian menyusunnya kembali sesuai dengan desain aslinya.
Proyek restorasi ini merupakan salah satu proyek restorasi terbesar dan paling kompleks yang pernah dilakukan. Para ahli menggunakan teknologi modern untuk memperkuat struktur candi, mencegah erosi, dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi.
Pada tahun 1991, Candi Borobudur diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Pengakuan ini menjadi bukti akan nilai universal dan pentingnya candi ini bagi peradaban manusia.
Borobudur Hari Ini: Warisan yang Hidup
Saat ini, Candi Borobudur adalah salah satu destinasi wisata paling populer di Indonesia. Ribuan wisatawan dari seluruh dunia datang setiap tahun untuk menyaksikan keindahan dan keagungan candi ini.
Lebih dari sekadar objek wisata, Candi Borobudur juga merupakan pusat spiritual bagi umat Buddha. Setiap tahun, ribuan umat Buddha datang ke Borobudur untuk merayakan Hari Raya Waisak, hari kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha.
Candi Borobudur adalah bukti nyata akan kehebatan peradaban masa lalu. Ia adalah simbol toleransi, keragaman, dan harmoni. Candi ini juga merupakan pengingat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.
Memaknai Kisah Borobudur
Kisah Candi Borobudur adalah kisah tentang ketekunan, kebijaksanaan, dan keindahan. Ia adalah kisah tentang bagaimana sebuah mahakarya dapat dibangun, terlupakan, dan kemudian ditemukan kembali untuk menginspirasi dan memukau dunia.
Ketika Anda berdiri di puncak Candi Borobudur, menyaksikan matahari terbit di atas perbukitan hijau, Anda dapat merasakan keagungan dan kedamaian yang terpancar dari tempat ini. Anda dapat membayangkan para arsitek, pemahat, dan pekerja yang telah mencurahkan seluruh hidup mereka untuk membangun candi ini. Anda dapat merasakan semangat ajaran Buddha yang mengalir di setiap sudut candi.
Candi Borobudur bukan hanya sekadar batu dan relief. Ia adalah sebuah narasi visual yang hidup, sebuah pesan abadi tentang perjalanan manusia menuju pencerahan. Ia adalah warisan yang tak ternilai harganya, yang harus kita jaga dan lestarikan untuk generasi mendatang.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kisah di balik keagungan Candi Borobudur.
